web hit counter
//
you're reading...

College's Life

Menyelesaikan S2 di ITB (Magister Teknik Fisika)

Dalam rencana hidup 10 tahun ke belakang tidak ada sama sekali bayangan atau cita-cita menyelesaikan S2 di ITB. Mendalami sebuah bidang yang langka orang kerjakan, ditambah tidak pastinya ada profit materi dari hasil belajarnya. Ini pengalaman saya menyelesaikan S2 di ITB diceritakan buat siapa saja yang ingin memilih jalan sekolah lagi.

Menyelesaikan S2 di ITB (Magister Teknik Fisika)

Menyelesaikan S2 di ITB (Magister Teknik Fisika)

Program Magister S2 Teknik Fisika ITB terdiri dari 4 semester, sehingga secara ideal ia dapat diselesaikan dalam waktu 2 tahun:

  • Pada semester pertama mungkin kamu merasa bangga dan bahagia akhirnya perjuangan terbayar, berhasil masuk ITB menjadi mahasiswa kembali. Apalagi didanai beasiswa LPDP, jaringan pertemananmu jadi sangat luas dan itu bagus untuk karir masa depanmu. Sebagai pendatang kamu akan beradaptasi dan terpancing untuk menjelajah tempat-tempat asik di Bandung. Dalam hal akademik, beberapa orang akan kesulitan beradaptasi dengan iklim belajar ITB yang cukup keras dan sadis. Tapi sebagian lain ada yang cepat enjoy dan meraih nilai cum laude di semester ini, good job!
  • Pada semester kedua, kamu mulai lebih dalam fokus pada mata kuliah bidang keahlian tertentu. Dan juga mungkin ada seminar proposal tesis yang harus kamu presentasikan. Proposal harus kamu pertahankan sehingga pada akhir semester kamu sudah bisa mulai mengambil data penelitian, kalau ini gagal bisa-bisa kamu tidak dapat menyelesaikan S2 di ITB tepat waktu. Berkaitan dengan tesis kamu akan stres jika pembimbingmu sulit ditemui. Tapi lebih sering yang terjadi adalah kamu sendiri yang tidak bisa mengatur waktu, mengatur hidup, mengatur perasaan dan logika. Bagi saya proses sekolah S2 itu bukan sekedar fase hidup yang sekedar dilalui, tapi betul-betul ada pelajaran di setiap tahapannya. Kemampuan problem solving sebagai manusia dewasa akan diuji di sini. Apakah kamu mengalah dengan egomu? Apakah kamu cukup baik membangun komunikasi-relasi dengan orang baru? Apakah kamu disiplin terhadap jadwal temu-janji? Apakah kamu benar-benar memahami ilmu atau sekedar menghafal kalimat-kalimat dan angka? Dst.
  • Pada semester ketiga mungkin kamu sudah mulai melaksanakan penelitian. Iya kuliah masih jalan juga, kalau lancar maka semester tiga adalah semester terakhir kamu mengambil SKS. Harapannya semester empat kamu hanya mengambil 0 SKS, keuntungannya kamu cukup bayar 1/2 SPP. Di zamanku (2015 Genap atau bulan Januari 2016) SPP S2 ITB adalah sebesar Rp9.500.000/semester, untungnya tak perlu pusing, itu sudah dibayarkan LPDP. Rupanya meneliti itu susah, kamu akan menjumpai tantangan entah itu di lapangan, eksperimen Lab, atau di penurunan analitiknya. Topik metodologi jadi inti pencarian seorang peneliti di tingkat Magister. Sebagian orang pasrah dan berhenti tidak melanjutkan. Sebagian lagi tertatih dan tetap yakin bahwa usaha disertai doa akan berbuah keberhasilan. Eh, barangkali ada juga yang sampai di semester ini sama sekali belum punya topik pasti karena sibuk berganti-ganti judul. Sehingga ia harus berkali-kali mencari pembimbing yang mau membantunya. Tapi di tingkat Magister ini beda, dosen tidak banyak ikut campur pada proses berpikir mahasiswanya. Beliau-beliau hanya memberi petunjuk dan sinyal (kode). Yang memecahkan maknanya harus mahasiswa itu sendiri. Tidak mungkin seorang dosen menyuapi mahasiswa S2, tentu tidak ada.
  • Pada semester keempat kalau beruntung kamu bisa ikut konferensi internasional di luar atau dalam negeri. Semua itu berkat kerja kerasmu di semester-semester yang lalu. Data yang sudah kamu peroleh bisa kamu publikasikan sekaligus bisa kamu kerjakan langsung untuk tugas Tesis. Meneliti adalah hal lain, menulis Tesis juga hal lain lagi, kamu sekarang belajar banyak tentang penulisan akademik. Waktu mungkin banyak terbuang saat kamu mengotak-atik template Word yang mudah acak-acakan. Bagi sebagian bidang ilmu barangkali LaTeX lebih cocok kamu gunakan. Bagusnya konsultasikan dengan kakak angkatan atau dosen yang sudah pernah menggunakan LaTeX, mungkin mereka punya template untuk Tesis S2 di ITB sehingga bisa kamu minta. Usai semua itu kamu maju sidang, mempertahankan Tesis sebagai karya ilmiah yang layak di depan dua penguji. Jika alur berpikirmu sudah clear maka pertanyaan-pertanyaan metodologi akan sangat mudah dijawab. Di samping itu, pertanyaan fundamental macam pelajaran S1 tahun pertama bisa juga keluar, yang remeh-remeh seperti itu bisa saja mengganjal kamu dari nilai A. Lalu kamu dinyatakan lulus saat Yudisium dan tinggal menanti wisuda!

Perbedaan S1, S2, dan S3 (sumber)

Perbedaan antara S1, S2, dan S3 dapat dinyatakan dalam sebuah kalimat sebagai berikut: di S1 mahasiswa mempelajari (satu atau lebih) metode, di S2 mahasiswa mengembangkan metode, sedangkan di S3 mahasiswa menghasilkan metode (baru).

Oleh karena itu, Tugas Akhir mahasiswa S1 adalah mengaplikasikan suatu metode untuk menyelesaikan sebuah persoalan, Tesis S2 mengembangkan metode yang spesifik agar dapat diaplikasikan untuk persoalan yang lebih luas, sedangkan Disertasi S3 menghasilkan metode baru yang lebih baik daripada metode yang sudah ada sebelumnya.

Dosen saya pernah menganalogikan sekolah S1, S2, dan S3 dengan kegiatan menyate daging.

  1. S1: Teknik menyate sudah ada. Jenis daging sudah ada. Ukuran daging mengikuti cara orang lain yang sudah diakui kebenarannya. Tugas mahasiswa adalah mengikuti alur ilmiah (metodologi) yang telah dilakukan tukang sate handal.
  2. S2: Wajib mempelajari beberapa teknik menyate yang ada. Kemudian dari teknik-teknik tersebut coba kombinasikan atau bandingkan untuk menghasilkan sebuah metode baru atau optimasi tertentu. Entah dari waktu kematangan, kelezatan bumbu, ukuran dan jenis daging, teknik pengapian, persiapan bahan, atau analisis perpindahan panas secara konduksi, konveksi, dan radiasi. Keluaran dari Tesis ini adalah metode baru yang lebih baik dan lebih holistik.
  3. S3: Seperti S2 tapi lebih fokus dan lebih mendalam lagi. Keluarannya harus sesuatu yang sangat baru. Tuntutannya lebih tinggi dari hanya menemukan metode baru, kalau bisa menemukan terobosan ilmu pengetahuan yang sama sekali baru karena berhasil menghubungkan variabel-variabel. Kalau saya amati di ITB, studi S3 terdiri dari empat Sidang Kemajuan (SK) yang setara S2. Bisa dikatakan S3 itu adalah empat kali penelitian S2 dalam waktu 3-5 tahun.

Menyelesaikan S2 di ITB

Saat semester tiga ada bayangan putus asa. Ada keraguan yang muncul. Ada kekhawatiran tidak mampu menuntaskan studi. Itu wajar, yang penting minta doa orang tua dibarengi dengan usaha total dan terbaik. Kejadian-kejadian ajaib terulang kembali di S2 ini. Kalau dulu Tugas Akhir S1 saya selesaikan dalam waktu 3 pekan, maka S2 ini mendekati lah. Banyak pertolongan yang tidak kita duga datang. Jangan lupa banyak bersedekah dan jangan pamrih menolong orang. Wujud rizqi tidak melulu duit, tapi bisa juga dicabutnya rasa sulit dan dihindarkannya dari masalah berat.

Ternyata dua tahun itu sudah berlalu, saya kira lama ternyata ia berlalu cepat. Kini saya sudah bekerja sebagai dosen di ITERA (Institut Teknologi Sumatera). Selanjutnya saya akan mempersiapkan keberangkatan untuk studi S3. Lagi-lagi ada kekhawatiran, bisa tidak yaa menuntaskan S3? Apakah motivasi dan staminanya masih ada? Mungkin iman sedang lemah dan kurang berdoa.

Mari saling mendoakan saja moga kebahagiaan, kesehatan, dan rizqi dilimpahkan untuk kita semua. Aamiin.

Lampung Selatan, 19 Maret 2018

Cheers,
Rifqi Ikhwanuddin