Topik “memurnikan kaum beriman” ini saya simak dari video ke-6 Divine Speech berjudul “Transitions in the Quran” bersama Nouman Ali Khan di Putrajaya Malaysia lewat Bayyinah TV.
Melalui pencarian akar kata di aplikasi Zekr dengan kata kunci “محص” ditemukan hasil sebagai berikut:
وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ
Agar Allah menyucikan orang-orang yang beriman artinya membersihkan mereka dari dosa dengan musibah yang menimpa diri mereka itu serta membinasakan orang-orang yang kafir. (QS. Ali-‘Imraan: 141)
Memurnikan Kaum Beriman
Pada video tersebut, Ustadz Nouman menunjukkan bahwa Allah SWT memilih kata secara khusus agar kita memahami situasi yang sebenarnya terjadi. Bentuk kata ma-ha-sha digunakan dalam Arabiyyah untuk menggambarkan pemurnian atau purification. Sebagaimana tampak di atas terjemah Bahasa pada contoh hasil temuan pertama sebagai menyucikan dan membersihkan.
Jadi sebenarnya ada konteks di balik kata yang sedang digunakan ini, yumahhisha. Setelah kita memahami satu bagian ini, insyaAllah kita akan lebih mengapresiasi bagaimana al-Qur`aan diwahyukan-Nya untuk kita. Allah bisa saja memilih kata yuzakki yang kira-kira dalam terjemah Bahasa artinya bisa sama-sama menyucikan. Inilah kekurangan bahasa kita, miskin kosa kata. Bisa juga dengan kata tazkiyaa, taqdiis atau tath-hiir misalnya, tapi kan tidak. Jelas-jelas di sini ada beberapa opsi jika Allah ingin berfirman membersihkan. Ada apa dengan pilihan mah-hasha – yumah-hisha ini? Secara spesifik Allah pada ayat ini (Ali-‘Imraan: 141) Allah memilih at-tamhiish.
Ali-‘Imraan 141 bercerita di seputar perang Uhud. Kala itu muslim menderita kekalahan telak di perang Uhud. Banyak sahabat menjadi syuhada dan Nabi Muhammad SAW sendiri terluka dan pingsan, bahkan dikabarkan (di dalam perang saat itu) telah wafat juga. Seluruh skenario mengerikan ini rupanya untuk memurnikan kaum beriman.
Menariknya pemilihan kata pemurnian ini (at-tamhiis) rupanya digunakan untuk memurnikan logam emas. Emas di alam dijumpai dalam kondisi yang tercampur, tidak murni. Cara manusia dalam memurnikan logam emas ini ialah dengan melelehkannya. Dipanaskan dengan api bertemperatur sangat tinggi sehingga emas meleleh dan terpisah dari pengotor-pengotornya. Pemilihan kata Arabiyyah ini juga menunjukkan bahwa logam emas yang kita temukan tidak bisa dimurnikan hanya dengan menggosok permukaannya dengan spons atau sikat ditambah sabun. Tidak bisa seperti itu. Kamu harus melelehkannya sehingga logam emas berubah dari wujud padat menjadi cair, sehingga pengotor yang terletak di bagian amat dalam logam terpisah dari lelehan ini. Tunggu ia mendingin maka kamu memperoleh logam emas murni.
Metode pemurnian atau pembersihan ini berbeda dengan menyuci piring atau menyuci baju. Dua contoh membersihkan ini lebih mudah daripada membersihkan logam emas dari pengotornya. Dibutuhkan usaha atau energi panas yang intens agar wujud logam emas yang padat berubah menjadi lelehan cair.
Dengan kata lain, menariknya Allah SWT ingin menyampaikan pada kita bagaimana Ia memurnikan kaum beriman. Kaum beriman tidak bisa dibersihkan kecuali mereka diletakkan di atas api. Api yang dimaksud pada kasus ini adalah api peperangan. Untuk membersihkan komunitas dari pengotor-pengotornya, diperlukan temperatur panas yang intens agar terbersihkan.
Ingat lagi di Madinah atau Yatsrib orang-orang munafik akan keluar atau kelihatan di saat-saat sulit. Lalu apakah perang Uhud ini situasi sulit? Ya sangat jelas. Jadi kejadian ini adalah cara Allah untuk memurnikan kaum beriman. Agar mereka yang munafik menampakkan diri dan tersisihkan dari kaum yang benar-benar beriman. Dengan kata lain, orang-orang munafik adalah pengotor dalam konteks keummatan.
Masih dengan analogi logam emas itu, Allah ingin menunjukkan bahwa orang munafik itu tersisip tersembunyi di dalam ummat Islam. Tidak akan kelihatan, tidak akan menunjukkan diri kecuali mereka dihadapkan dengan situasi yang sangat intens dan sangat sulit. Agar mereka kelihatan maka yang berhadapan dengan masalah tidak hanya orang munafik (lha belum ketahuan siapa kan), melainkan seluruh ummat Islam. Untuk itu seringnya seruan perang adalah wajib bagi semua orang yang mampu. Ini adalah cara-Nya untuk memurnikan kaum beriman.
Subhanallah, hanya dengan satu kata: yu-mah-hi-sha. Satu hal lagi yang lebih menakjubkan, selain Allah menggolongkan orang munafik sebagai pengotor ummat, secara tidak langsung Allah juga mengatakan bahwa para sahabat itu emas. Hanya dengan menggunakan kata yang tepat, tersingkaplah konsep-konsep dan metode yang Allah gunakan dalam kasus ini.
Inilah al-Qur`aan yang diturunkan untuk ummat manusia agar menjadi bacaan dan menjadi pelajaran bagi kaum beriman.
Rembang, 3 Syawal 1438 H
kerenn kerenn .. .