Banyak yang tanya susah nggak sih masuk Teknik Fisika? Jawabannya tergantung. Dan masalahnya sebetulnya adalah bukan gimana masuk, tapi gimana bisa keluar? Tulisan di bawah ini sebagian besar adalah pengalaman pribadi merasakan lingkungan Teknik Fisika UGM (Sarjana) dan ITB (Pasca Sarjana).
Susah Nggak Sih Masuk Teknik Fisika?
Ketika datang pertanyaan ini sebetulnya throw back ke tahun 2009. Selepas SMA saya ingin masuk Teknik Fisika UGM melalui jalur UM UGM (Ujian Tulis Mandiri) bulan April 2009, hasilnya tidak diterima. Lalu saya coba lagi di SNMPTN bulan Juli 2009, alhamdulillah diterima. Resmilah Agustus 2009 saya sebagai mahasiswa program sarjana Teknik Fisika UGM.
Untuk berhasil masuk ke jurusan tersebut saya punya strategi. Di antaranya adalah membandingkan jumlah pelamar di tahun sebelumnya. Kalau tidak salah saat itu pendaftar SNMPTN akan diberi booklet laporan dan penjelasan tentang SNMPTN di tahun 2008. Nah dari data 2008 itu saya pelajari bahwa dari 30 orang yang mendaftar diterima 11 orang. Hitungan kasarnya 3 dari pendaftar 1 diterima. Dibandingkan dengan jurusan lain peluangnya lebih besar dong, pikirku.
Waktu SMA udah bisa mikir gitu, tapi itu logikanya masih sederhana. Belum mengantisipasi kemungkinan lain, seperti gimana kalau orang lain juga mikir gitu? Dari pertanyaan susah nggak sih masuk Teknik Fisika, saya betul-betul terngiang dari nasihat guru. Kalau Ujian Nasional itu dirancang untuk meloloskan semua siswa. Sedangkan seleksi perguruan tinggi (SNMPTN atau SBMPTN) itu betul-betul untuk menyaring. Tidak semua siswa bisa lolos.
Dan benarlah tahun 2010 saya cek itu untuk Teknik Fisika UGM yang melamar saat 2009 ada berapa orang. Ternyata sekitar 220-an, saya lupa persisnya. Lalu yang diterima ada sekitar 30 orangan. Saya yakin sekitar 30-an karena dari absensi kelas dan nomor mahasiswa memang nama saya diletakkan di bagian akhir bersama teman-teman yang jumlahnya sekitar 30-an itu. Sekarang rasionya jadi dari 7 orang pelamar ada 1 yang diterima, makin kecil! Tapi memang sudah rizqi kalau saya masuk TF ya Allah berkehendak TF.
Kalau ditanya tips lain selain membandingkan jumlah pelamar tiap tahun apa ada? Ada, tapi klasik. Belajar yang rajin dan latihan soal yang banyak dan cepat. Saya dulu bawa jam (stopwatch) untuk memastikan pacuan pengerjaan soal yang stabil. Jadi kalau 1 soal harus 1 menit berarti saat di soal ke 11 maka harus di menit ke 11. Kalau ternyata menit sudah menunjukkan angka 14, artinya saya rugi dan harus move on ke soal berikutnya.
Masalah passing grade (PG) penting nggak? Menurutku nggak, hehe. Soalnya gimana sih logikanya bisa keluar angka rating seperti itu? Aneh banget nggak sih, bisa aja itu pesanan dari kampus ke lembaga bimbingan belajar. Kalau kitanya memang bagus dan bisa mengerjakan soal dengan baik lupakan itu PG. Yakin aja diterima di jurusan yang diinginkan. Saat passing grade berkata ini dan itu lalu ada yang tanya susah nggak sih masuk Teknik Fisika jawab aja insyaallah rizqi-Nya sudah dibagi, saya sudah belajar dan berdoa kepada-Nya. Yakin aja.
Berikutnya tahun 2015 antara bulan Oktober hingga Desember saya mengikuti seleksi mahasiswa program pasca sarjana di ITB, untuk jurusan yang sama Teknik Fisika. Susah nggak sih masuk Teknik Fisika ITB? Tergantung minat bidangnya sih. Untuk saat ini yang laris dari TF ITB adalah Komputasi dan Proses Material atau disingkat aja Material. Jumlah mahasiswanya paling banyak dari bidang minat lain seperti Otomasi Proses dan Fisika Bangunan. Karena saya daftar di Fisika Bangunan dan akhirnya diterima ya menurut saya gampang. Tapi kan subjektif juga, bagi yang tidak diterima akan mengatakan sulit masuknya. Lebih lanjut baca Cerita Ujian Masuk S2 Teknik Fisika ITB.
Strategi untuk masuk Teknik Fisika ITB juga mirip saat daftar ke UGM dulu. Saya bandingkan berapa orang yang mendaftar dan berapa yang tidak diterima. Secara umum pendaftarnya sedikit, kenapa? Karena S1 Teknik Fisika hanya ada di 5 perguruan tinggi. Diurut dari ujung barat ada Universitas Nasional, Institut Teknologi Bandung, Universitas Telkom, Universitas Gadjah Mada, dan ujung timur ada Institut Teknologi Sepuluh November. Dari 5 perguruan tinggi tersebut yang minat untuk lanjut S2 pasti lebih sedikit lagi.
Yang masuk di minat bidang Material TF ITB uniknya tidak hanya yang S1-nya dari Teknik Fisika tapi juga dari Fisika MIPA (murni). Banyak teman saya dari Fisika MIPA lanjut S2 ke Teknik Fisika dan bukan di Fisika MIPA. Mungkin karena itulah bidang minat Material terlihat paling laris dan punya mahasiswa paling banyak.
Omong-omong tentang seberapa banyak, berapa sih mahasiswa pasca sarjana Fisika Bangunan? Januari 2015 hanya ada 2 orang. Lalu Januari 2016 nambah 2 orang (1 orang itu saya). Jadi saat tulisan ini dibuat (Mei 2016) ada 4 orang mahasiswa pasca Teknik Fisika minat bidang Fisika Bangunan. Susah nggak sih masuk Teknik Fisika minat Fisika Bangunan? Yah tergantung hasil tes juga kan. ITB pasti menolak lamaran dari kandidat yang punya beda kompetensi terlalu jauh. Soalnya nanti jadi harus ikut terlalu banyak kelas matrikulasi untuk mengejar pemahaman yang berbeda itu.
Dulu di TF UGM kalau kuliah minimal 40 orang sampai 70 orang sekelas. Sekarang di pasca TF ITB sudah mulai biasa kuliah hanya dengan 4 orang, bahkan 2 orang kalau 2 izin sakit atau ke luar kota. Heuheu sepi amat.
Susah Nggak Sih Keluar Teknik Fisika?
Di antara nikmat bisa berkuliah adalah menambah ilmu dan memperluas jejaring pertemanan (apalagi teman perempuan, kali aja jodoh). Proses belajar secara filosofis ya harus dilakukan sepanjang hayat (hidup), tapi kalau terdaftar sebagai mahasiswa ya harus ada batasnya. Untuk itu kita harus lulus dari kampus. Menghadapi dunia nyata dan menguji seberapa tangguh pemahaman kita tentang Teknik Fisika. Untuk lulus maka tahap skripsi atau tesis harus dilalui. Sering kali bagian inilah mahasiswa/i Teknik Fisika agak terganjal untuk lulus tepat waktu, termasuk saya.
Skripsi atau tugas akhir, saya mulai kerjakan sejak tahun 2012 tentang akustika masjid gitu. Eh Desember 2013 laptop dicuri saat perjalanan balik dari Malang ke Jogja di bis umum Eka. Benar-benar menghambat. Secara umum tugas akhir saya berupa simulasi menggunakan software yang belum pernah sekalipun digunakan di UGM. Untuk itu saya berkali-kali berkunjung ke Lab. Fisika Bangunan ITB untuk menguasainya. Bisa dibilang ini pertama kalinya di UGM menggunakan software ini, dan kondisinya tidak ada yang bisa mengajari. Ditambah dengan hilangnya laptop tapi sebagian data terselamatkan di Google Drive makin susah lah pengerjaan tugas akhir ini.
Beberapa bulan berikutnya beli laptop lagi. Duh ngerepotin orang tua kan. Tapi nasib buruk (istimewa) belum berhenti. 23 Juni 2014 di kamar kos Pogung Rejo, Sleman saya kecurian laptop lagi. Kondisinya pagi-pagi sekali saya bersih-bersih kamar karena ada adik teman yang mau menginap untuk ikut Ujian Tulis di UGM. Karena kelelahan pada jam 10 pagi saya istirahat dan tertidur sebentar. Tepat sebelum adzan Dzuhur adik teman tersebut menelepon kalau sudah sampai daerah Pogung dan minta dijemput. Saya masih belum sadar, pergi keluar dengan mengunci kamar lalu menjemputnya. Kembali di kos saya menyambutnya, membelikan makan, dan menemaninya belajar. Masih belum sadar.
Setelah shalat Isya’ 23 Juni 2014 saya mau mengerjakan skripsi yang sudah lama tidak tersentuh. Targetnya Agustus ini lulus. Saya cari laptop di semua bagian tidak ketemu. Setelah 1 jam mencari di kamar kecil berukuran 3 x 3 meter persegi itu saya yakin, laptop saya dicuri lagi. Kapan itu? Mungkin saat saya terlelap di jam 10 pagi tadi. Menghubungi pemilik kos, saya berniat menggeledah kamar sebelah.. mungkin aja barangnya masih di sana. Tapi memang beda waktunya sudah terlampau lama dari jam 10 pagi hingga 7 malam, pasti barangnya sudah dipindahtangankan. Benar, memang tidak ketemu di kamar kos mereka.
Saya ikhlaskan.
Lalu saya menelepon sambil meminta maaf ke orang tua. Mungkin saya belum bisa lulus Agustus ini. Rasanya nggak percaya sama sekali dengan kenyataan ini. Skripsi saya sudah selesai secara data tapi analisis memang belum. Cuma tipe saya itu baru bisa mengerjakan kalau di kepala sudah selesai. Dan 22 Juni 2014 itu adalah hari di mana saya sudah menamatkan buku Kinsler, bagi saya akustika masjid sudah selesai dan saya siap menulis.
Orang tua adalah supporter terbaik. Entah bagaimana membalas kemurahhatian dan kesabaran mereka yang memiliki anak seperti saya ini. Esoknya saya bangkit dari keterpurukan. Pada masa-masa ini sudah berlalu pertanyaan berjenis susah nggak sih masuk Teknik Fisika, karena yang terjadi adalah pertanyaan susah nggak sih keluar Teknik Fisika. Haha.
Atas kemurahhatian dosen pembimbing pula saya dipinjami akses ruang kantornya, ada laptop untuk mengetik tugas akhir dan komputer untuk menjalankan simulasi software. Kalau diingat-ingat semua proses perampungan skripsi, ada revisi dan seminar hingga sidang akhir semuanya berada di bulan Ramadhan yang amat berkah. Kalau biasanya seminar pra-pendadaran sang penyaji suka memberikan snack atau nasi kotak, saat itu kami agak tertantang karena itu bulan puasa. Akhirnya tetap menyediakan berupa snack yang sederhana saja.
Setiap hari selama Ramadhan itu saya ke kampus pada jam 7 pagi, langsung menuju ruang dosen yang memberi akses kantornya itu. Membuka laptop dan menyalakan komputer, menyibukkan diri seharian di kantor. Bahkan ketika adzan Maghrib untuk berbuka puasa, saya masih di kantor. Untungnya depan ruang ada air dispenser, paling tidak membatalkan dulu dengan air mineral. Sedikit merampungkan lalu saya bergegas pulang untuk shalat dan istirahat. Sesampainya di rumah lanjut lagi mengetik bagian-bagian yang belum selesai. Jam 1 atau 2 pagi biasanya sudah terbangun untuk sahur. Lalu ngetik lagi. Sampai lagi di jam 7 untuk ke kampus. Begitu seterusnya selama 3 pekan.
Dari kondisi dokumen Word tugas akhir yang hanya 20% hingga 100% semua saya kerjakan ngebut dalam 3 pekan, termasuk revisi dan seminar pra-pendadaran. Sama sekali nggak percaya. Sidang akhir atau pendadaran berjalan cukup menegangkan selama 1 jam. Tidak ada bagian tulisan yang dibantai, kerapian tulisan dan formatnya malah dipuji para penguji. Yang ditanya seputar pengetahuan dasar dan presentasi, sama sekali tidak terpikir sebelumnya, ternyata ditanya di forum ini. Esoknya langsung revisi, menghadap ke pembimbing kedua. Selama tiga pekan itu hanya dua kali menyerahkan berkas revisi dan alhamdulillah beliau puas, tapi juga protes karena tidak benar-benar mengikuti perkembangan saya dalam mengerjakan tugas akhir.
Susah nggak sih masuk Teknik Fisika? Yah tergantung usaha dan doa.
Susah nggak sih keluar Teknik Fisika? Sama, tergantung usaha dan doa.
Setelah dinyatakan lulus oleh Ketua Sidang Pendadaran perjuangan berikutnya adalah urusan administratif seperti bebas peminjaman buku perpus, jurnal jurusan, kuliah Engineering Ethic, dan lain-lain. Nggak terasa 17 Juli 2014 semuanya beres. 28 Juli 2014 tepat jatuhnya Hari Raya Idul Fitri, setelah semua administrasi beres saya bisa pulang ke Malang dengan tenang. Sepekan setelah lebaran ada Yudisium lalu proses peminjaman perlengkapan wisuda dan lain-lain. Akhirnya 18 Agustus 2014 bisa ikut wisuda.
Alhamdulillah.
Kalau ada yang nanya susah nggak sih masuk Teknik Fisika? Jawab aja perjuangannya sepadan saat berusaha ingin masuk. Kampus unggulan sudah jelas sulit dimasuki. Lulusnya juga menantang karena ada standar universitas yang diletakkan di posisi tinggi. Bagaimanapun juga kemampuan lulusannya sepadan kok dengan perjuangannya. Sama juga halnya berjuang meraih nilai A di UGM atau ITB pasti beda dengan nilai A di kampus swasta.
Usaha tulus!
Fokus!
Pasti tembus!
Bismillah..
Discussion
No comments yet.