Sudah berjalan dua semester mengikuti perkuliahan S2 di ITB, beginilah pengalaman subjektif menjadi mahasiswa pascasarjana S2 di ITB.
Gambaran umum S2 di ITB
Apa sih bayangan kalian jadi mahasiswa lagi? Jawabannya akan beda-beda karena tujuan orang kuliah S2 juga beda. Semakin tersadar di semester dua ini kalau S2 itu sebenernya..
Hmm, S2 itu kan satu tahapan seseorang digembleng agar semakin mandiri dalam belajar dan meneliti pada suatu bidang. Kalau dibandingkan antara S1, S2, dan S3.. maka dari tingkat bawah hingga ke atas pada tingkat S1 mahasiswa lebih dituntut untuk belajar menerapkan metode riset yang sudah ada. Tuntutan S1 adalah dapat melaksanakan penelitian dengan cara yang benar, menghimpun hipotesis dengan benar, lalu menganalisis dan menghasilkan kesimpulan dengan benar.
Khususnya S2 di ITB yang saya rasakan saat ini lebih dituntut untuk semakin belajar mandiri, kreatif, dan dibebani tanggung jawab yang lebih dalam meneliti. Kalau target S2 itu hasil penelitiannya harus memiliki nilai kebaruan dan metodenya kreatif. Dari segi teknis meneliti benar-salahnya sudah nggak begitu diperhatikan, dalam maksud sudah pasti harus benar karena tahapan ini sudah dilalui di S1. Kalau di S2 lebih ditekankan juga filosofi dalam metode penelitiannya, bagian ini sih yang lumayan momok bagi mahasiswa pada umumnya.
Terus untuk S3, sambil meraba-raba dari kumpul sama mahasiswa S3, adalah mereka sudah dianggap sebagai peneliti mandiri yang siap memulai penelitiannya. Hanya saja karena bidangnya semakin unik dan baru, tetap butuh bimbingan dari dosen ITB, dosen luar ITB, profesional, dan bahkan “orang awam”. Hasil akhir dari S3 adalah sangat unik dan bisa dibilang babat alas (membuka) area pengetahuan yang baru.
Umumnya di tingkat pascasarjana ini seorang mahasiswa wajib tiap harinya membaca informasi ter-update terkait bidang penelitiannya dari jurnal dan paper-paper konferensi. Kalau dulu suka baca update-an hipwee atau status twitter seleb, nah di S2 kita follow nya artikel para peneliti di seluruh dunia.
Gimana sih kehidupan mahasiswa S2 di ITB?
Saat semester 1 saya ambil 12 SKS, terdiri dari 4 mata kuliah yang masing-masing sebanyak 3 SKS. Lalu di semester 2 ini ambil 13 SKS, 4 mata kuliah juga dan salah satunya 4 SKS. Subjudul ini agak umum yaa. Dibandingkan dengan kehidupan S1 mestinya lebih longgar kan ya? Tapi nyatanya nggak juga kok.
Sehari-harinya dari Senin sampai Jumat saya masih ke kampus terus. Alasannya belajar dan ngetik tugas lebih enak di kampus sih. Kadang juga sekedar ketemu temen untuk diskusi sebuah artikel jurnal. Kalau jadwal kuliah, umumnya dipadatkan di awal pekan, yaitu dari Senin-Rabu. Kadang-kadang kalau kurang beruntung hari Kamis masih ada kuliah. Untuk hari Jumat jarang banget ada dosen dan mahasiswa yang mau dikasih jadwal hari itu, alasannya banyak yang pulang ke luar kota atau mereka masih ada tanggungan pekerjaan kantor di akhir pekan.
Oh ya tentang “kerja”. Beberapa temen pascasarjana entah yang S2 maupun S3 ternyata kuliah sambil kerja. Tantangan kuliah sambil kerja adalah mobilitas domisili. Meski akhir pekan tidak ada jadwal kuliah, kita masih harus garap tugas-tugas dan belajar mandiri yang butuh jam fokus lumayan banyak. Dan pengalihan fokus itu sering terjadi ketika kita pergi keluar kota. Tapi tetep sih ada orang yang jago banget multi-tasking, hari ini di Bandung nanti sore di Jakarta, besok sudah di Jogja.. di pesawat masih nyicil garap paper dan presentasi. Dahsyat lah! Tapi ya gitu.. ada!
Kehidupan di ITB ya biasa aja, sebagian besar waktu habis di lab. Sebelum dan sesudah kuliah pasti stay di lab. Karena sering di kampus jadinya dosen juga rajin banget ngasih “amanah”. Belakangan saya diminta jadi asisten suatu mata kuliah S1. Asisten penata suara untuk konser ITB Jazz dan banyak acara di Aula Barat maupun Timur ITB. Dikirim ke Cibubur untuk meninjau dan melaksanakan pengukuran ruang ibadah Masjid beratap kubah, dilanjutkan dengan analisis hasil pengukuran. Selain itu jadi asisten beliau waktu pesta pembukaan PON XIX di Stadion Gelora Bandung Lautan Api. Terus yang terakhir sedang proses untuk menelurkan artikel target jurnal tentang akustika ruang di perkantoran tapak-terbuka. Jadi dari angka 12 atau 13 SKS itu wujudnya bisa berjam-jam aktivitas (penelitian) di dalam maupun di luar kampus ITB.
Jam ideal SKS (Sistem Kredit Semester)
Waktu di UGM saya pernah menyimak satu penjelasan dosen terkait idealisasi SKS bagi seorang mahasiswa.
Katakan ia mengambil 20 SKS dalam satu semester maka itu bermakna 20 jam belajar sebelum kelas, 20 jam belajar di kelas, dan 20 jam belajar setelah kelas. Total adalah 60 jam belajar selama sepekan. Padahal dalam satu pekan ada 24 jam * 7 hari = 168 jam. Tersisalah 108 jam, kita mau tidur berapa jam sehari? 6 jam sudah mewah untuk mahasiswa. 6 jam * 7 hari = 42 jam. Tersisa sekarang 66 jam. Waktu untuk ibadah, makan, mandi dalam sehari katakan 4 jam sehari, 4 jam * 7 hari = 28 jam. Tersisa 38 jam. Waktu perjalanan bolak-balik ke kampus naik motor/angkot/jalan kaki misal 1 jam, 1 jam * 7 hari = 7 jam. Tersisa 31 jam. Waktu untuk males-malesan dan nggak produktif 2 jam sehari, 2 jam * 7 hari = 14 jam. Tersisa 17 jam. Cek facebook dan semua media sosial dalam sehari sekitar 2 jam sehari, 2 jam * 7 hari = 14 jam. Tersisa 3 jam.
Kapan waktu main, hobi, dan bersosialisasi? Jadi ideal 20 SKS itu kalau benar-benar dimanfaatkan ya jadi sesuatu. Nah kalau S2 kan hanya 12 SKS, harusnya bisa melakukan lebih banyak hal kan? Masalahnya.. banyak hal itu produktif atau enggak?

Lab Meeting: Laporan progres tugas akhir (S1) dan tesis (S2), atau riset di Lab secara umum ke dosen.
Kalau candaan di lab kami, jangan sampai kuliah dan tugas mengganggu waktu main 🙂 . Yah, gimana kita ngaturnya aja.. sampai sekarang saya masih bisa main DoTA2 (Defence of The Ancient 2) kok!
Buat apa sih S2 di ITB?
Hayo lurusin niatnya. Kalau sampai di halaman ini semoga betul-betul merenungkan motivasi kenapa kuliah lagi.. kuliah lanjut.. atau kuliah sambil kerja? Kenapa?
Jenjang S2 dan S3 seperti pada gambaran umum di atas gunanya adalah menajamkan kualitas dan kemampuan menjadi seorang peneliti. Singkatnya seperti itu, kalau kurang tepat mohon koreksinya. Kata salah seorang dosen ITB, keliru kalau memilih S2 untuk meningkatkan pendapatan di dunia kerja. Menurut beliau lebih baik ikut training atau sertifikasi saja yang beberapa hari kalau niatnya meningkatkan daya tawar. Harusnya itu lebih efektif meningkatkan pendapatan ketimbang yang lulusan S2. Soalnya lulus S2 ilmunya belum tentu praktikal kan? Malah sering kali semakin filosofis, apalagi yang S3 jadi sangat filosofis.
Lalu apakah kalau kuliah lagi di S2 kemampuan teknikal tidak bisa ditingkatkan? Nggak juga! Apalagi di ITB banyak banget project dosen buat mahasiswa pasca. Jangan dilihat dari profit atau enggak tapi lebih ke latihan menerapkan ilmu ke lapangan. Selain itu ini hitung-hitung pengabdian institut ke masyarakat. Bersentuhan dengan orang-orang di lapangan juga hal bagus sebagai kesempatan meluruskan satu-dua hal ke mereka, atau proses sebaliknya juga bisa, kita yang dapat masukan dari masyarakat.

Podium RI 1 di GBLA. Prioritas setting microphone salah satunya ya di titik ini. Kalau sampai gagal, wassalam!

Tujuannya belajar sistem tata suara skala stadion tapi kelihatannya main-main dan foto-foto aja. Seru abis pesta pembukaan PON XIX Jawa Barat 2016.
Jadi niatnya mah tetep menajamkan kualitas diri sebagai peneliti, tapi kemampuan teknikal juga tetep bisa.. hanya jangan jadi tujuan utama aja. S2 itu melelahkan, harus rajin baca dan menulis. Kalau untuk ningkatin gaji harus berlelah-lelah dengan tugas terus ngeluarin uang untuk SPP kuliah kan sayaang, mending ikut training aja deh. Bagi yang mau S2 tapi belum siap jadi mahasiswa lagi.. mending pikir lagi buat daftar S2 deh! Lho, hehehe.
Sementara itu dulu semoga ocehan ini ada feedback dari pembaca sekalian. Makasih sudah baca sampai bawah.
Rifqi, cheers!
Discussion
No comments yet.