Inilah pengalaman mengikuti ujian masuk S2 ITB. Kalau sulit-nggaknya baca ini Susah Nggak Sih Masuk Teknik Fisika?
Institut Teknologi Bandung (ITB) adalah kampus idaman sebagian besar anak-anak SMA yang ingin belajar ilmu-ilmu sains dan teknologi. Sebagaimana selepas S1 saya juga punya keinginan melanjutkan jenjang magister ke sana. Program yang saya ambil masih linier kok, Teknik Fisika.

Institut Teknologi Bandung EST 1920.
Magister (S2) Teknik Fisika sendiri dibagi lagi menjadi empat bidang peminatan yaitu:
- Instrumentasi dan Kontrol
- Otomasi Proses
- Fisika Bangunan
- Komputasi dan Proses Material
Nah saya minat di bidang Fisika Bangunannya, lebih tepatnya pada topik soundscape, spatial audio, virtual reality, dan sound reproduction.
Saya ingin cerita pengalaman bagaimana melalui serangkaian seleksi ujian masuk Sekolah Pascasarjana dan Program Studi untuk menyaring mahasiswa S2/S3-nya. Di awal saya ceritakan empat bidang di atas karena nanti masing-masing bidang agak sedikit berbeda konten seleksinya. Oke lanjut dulu aja.
Rangkaian seleksi ujian masuk S2 ITB yang saya ikuti pada bulan Oktober-Desember 2015 dimulai dengan seleksi berkas, tes tulis, lalu terakhir wawancara. Selesai. Mari dibahas satu-satu.
Seleksi Berkas (Ujian Masuk S2 ITB)
Pada dasarnya berkas yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
- Sertifikat TOEFL
- Sertifikat TPA
- Ijazah S1/S2
- Transkrip
- Statement of Purpose
- Bukti Pembayaran Pendaftaran
- Rekomendasi dari dosen
- Keterangan Sehat Dokter
Lebih detil lagi seperti apa silakan menuju ke web resminya USM (portal online untuk ujian masuk S2 ITB). Takutnya tiap periode agak beda. Berkas-berkas itu pada awalnya cukup di-scan lalu diunggah ke sistem pendaftaran online Sekolah Pascasarjana (SPS) ITB. Di sana nanti berkas yang masuk akan diseleksi. Tapi kamu juga harus pastikan apakah SPS meminta dokumen asli atau tidak. Karena biasanya SPS akan menjadwalkan pemeriksaan dokumen asli, semuanya. Nah itu jadwalnya kapan dan lokasinya di mana akan diinfokan secara resmi di web USM itu.
Nah, menuju mempersiapkan berkas kira-kira ada empat hal yang ingin saya ulas di sini, yang pertama adalah sertifikat TOEFL. Bagi yang belum pernah tes dan belum belajar TOEFL kadang bagian ini jadi momok dan ganjalan. Saran saya kalau memang TOEFL nya masih jauh dari minimal yang diminta SPS ITB, coba ikut les atau belajar mandiri dan fokus. Materi belajar ada banyak di internet. Coba googling aja dengan kata kunci “free toefl materials”.
Saya sendiri dulu ikut les bahasa Inggris di Pare, Kediri, Jawa Timur. Memang niat resign dari kerjaan lalu fokus mempersiapkan beasiswa dan daftar S2, makanya saya semedi dulu 2 bulan di Pare. Alhamdulillah naik dikit, pokoknya aman buat daftar S2 ITB. Ada cerita dari fakultas sebelah yang lolos S2 tapi bersyarat (conditional), TOEFL dia kurang dan diminta sama SPS ITB untuk menunda 1 semester untuk naikin TOEFL. Baru boleh balik lagi ke ITB kalau TOEFL nya sudah naik. Lebih baik kamu persiapkan baik-baik daripada harus nunda kuliah 6 bulan.
Kedua adalah sertifikat TPA. Untuk ini saya belum punya, karena dulu kerjaan juga nggak minta sertifikat TPA. Bagian ini jujur aja saya beli buku latihan kumpulan soal TPA di toko buku terdekat. Bukunya tebel banget, saya baru kerjakan 20% bagiannya terus males. Hehehe. Menurut survei yang belum tentu bisa dipercaya, mahasiswa dari fakultas IPA biasanya cenderung punya skor TPA yang tinggi tanpa belajar, rata-rata mereka dapat di atas 600 dari skala 800. Nah mitosnya yang dari fakultas IPS skornya agak bawah dikit. Saya sih ga percaya, tolong mitos itu dibantah ya. Jadi pokoknya S2 di ITB masing-masing fakultas kadang punya peraturan yang beda-beda. Kalau umumnya skor 475 udah cukup, ada yang khusus beberapa fakultas minta skor yang lebih tinggi. Plis cek baik-baik berdasar fakultas yang kamu tuju.
Saya ikut Tes Potensi Akademik (TPA) secara resmi di ITB pada bulan November 2015. Nah untuk bagian ini otomatis saya harus hadir di Bandung. Meskipun sebenarnya kita bisa tes di mana aja, asal TPA OTTO Bappenas. Di Malang kota asal saya sebenarnya juga ada tes TPA tapi saya memilih Bandung karena ada beberapa urusan penting. Beruntung saya ada rumah Pakpuh (alias Pakdhe atau Paman) di daerah Cigadung, jadi saya bisa mampir menginap di sana. Cek terus jadwal tempat dan waktu TPA ini di web USM, kalau kamu mau ikut yang rombongan dari ITB.
Ketiga adalah rekomendasi dari dosen. Untuk ini saya minta dua dosen yang dulu membimbing skripsi saya. Dibanding dosen lain, beliau-beliau ini saya pandang lebih relevan untuk dimintai rekomendasi karena dari bidang yang sama dan cukup baik mengenal saya secara personal maupun profesional. Kalau kamu masih suka keluyuran di kampus padahal udah lulus, ada baiknya minta rekomendasi sekarang deh. Soalnya saya dulu udah lama nggak ketemu dosen tau-tau balik ke kampus minta rekomendasi, agak sungkan sih. Ini saya yakin rekomendasi bisa berguna kalau kamu mau ngelamar pekerjaan dan beasiswa, so lebih baik mintanya dari sekarang aja mumpung masih dekat dengan beliau-beliau.
Keempat adalah Statement of Purpose (SoP). Isi SoP apa? Simpelnya adalah perkenalan diri, ingin berbuat apa kok daftar S2 ke ITB. Lalu ceritakan background alasan yang mendukung kamu memutuskan untuk belajar di ITB. Paparkan bagaimana potensimu kelak selepas lulus dari ITB, apa yang ingin kamu lakukan/kerjakan? Bagus lagi sebut sedikit terkait topik riset yang kamu minati. Sebab sudah sewajarnya sejak semester 1 mahasiswa pasca sudah mempersiapkan proposal atau judul thesis yang ingin disusun. Yah kira-kira itu, untuk bagian lebih detil googling aja banyak panduannya. Menulis SoP ini gampang-gampang susah, saya perlu semedi lagi untuk memilih kata-kata yang enak dibaca. Selain itu yang pasti menggali lagi motivasi pribadi kenapa kok ke ITB? Kenapa kok jurusan itu bukan jurusan yang lain? Atau kenapa (misalnya) lintas atau pindah jurusan (tidak linier)?
Oke lah sementara untuk berkas cukup itu aja. Jadi pastikan yang kamu unggah ke sistem SPS ITB itu berkas lengkap jangan sampai terlewat satu pun. Untuk seleksi berkas tidak perlu ke Bandung setahu saya. Selanjutnya adalah Tes Tulis.
Tes Tulis (Ujian Masuk S2 ITB)
Setelah seleksi berkas nanti tunggu pengumuman resmi dari web USM ITB. Di sana nanti akan ada status lamaran kita diterima atau tidak. Kalau diterima tunggu lagi jadwal proses berikutnya, yaitu tes tulis dan wawancara. Yang akan saya sampaikan di sini adalah tes tulis (ujian masuk S2 ITB) versi Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Fisika, untuk program magister dan doktor gedung lain sangat mungkin sedikit berbeda ya.
Saya dihadapkan dengan tiga jenis soal, di antaranya ialah matematika dasar, fisika dasar, dan bidang minat. Waktu itu tesnya bulan November di Labtek VI lantai 2. Saya dapat undangan untuk menghadiri tes tulis sekaligus wawancara melalui email, dikirimkan oleh Tata Usaha Jurusan Teknik Fisika. Hari Jumat, sebelum shalat Jumat sekitar jam 9 kami seluruh calon mahasiswa dikumpulkan dalam satu ruang. Di sana kami diberi waktu kurang lebih dua jam untuk mengerjakan tiga jenis soal tersebut. Soalnya sulit-sulit yakin, beneran sulit banget. Lebih tepatnya terlalu mudah karena itu rata-rata materi SMA akhir atau kuliah awal. Pasti udah pada lupa, yang fresh graduate aja lupa apalagi yang sudah lama kerja. ITB melakukan tes ini untuk memetakan kualitas yang masuk ke ITB. Kalau jauh di bawah standar maka tidak diterima. Kalau masih mengejar nanti diwajibkan ikut kelas matrikulasi, dan kelas matrikulasi ini kita ikut kuliah mahasiswa S1, ini wajib. Tapi untuk Teknik Fisika ikut matrikulasi atau sit-in itu sunnah alias optional, dikerjakan mendapat ilmu ditinggalkan tidak berdosa. Eh.
Soal Matematika nya seputar turunan orde satu dan dua, integral, eksponensial, logaritma, trigonometri, dan lain-lain. Kalau Fisika ini yang bener-bener menantang saking lupanya. Jadi saya disodorin problem fisis terus diminta menerjemahkan ke bentuk matematis lalu solusi akhirnya bagaimana? Misal ada peluru dengan massa sekian dan kelajuan yang tidak diketahui meluncur lalu menumbuk bandul bermassa sekian yang digantung setinggi sekian. Masalahnya adalah bandul bermassa tadi mengayun sejauh sekian, maka berapakah kecepatan awal si peluru? Cara menjawab sebagian pilihan ganda sebagian lagi esai.

Contoh Wave Equation.
Problem berikutnya adalah diminta mengupas persamaan gelombang. Masih ingat nggak? Yang ada amplitudo, sinus, omega, waktu, bilangan gelombang, dan variabel posisi. Nah kalau lupa coba buka-buka lagi buku semester 1-2 nya. Insyaallah membantu. Cara menjawab juga sama, sebagian pilihan ganda sebagian lagi esai.
Soal tipe terakhir adalah yang berkaitan dengan minat bidang. Dalam satu ruangan tadi ada empat bidang, ada dua orang yang memilih Fisika Bangunan. Masing-masing bidang akan dapat soal dengan pertanyaan yang berbeda, berarti saya akan dapat soal untuk masalah Fisika Bangunan. Salah satu soalnya adalah kami diberikan kondisi bunyi bising dan sistem tata suara (public announcement) apa adanya di Stasiun Kereta Api. Tugas kami adalah mengidentifikasi permasalahan apa yang muncul dari kondisi tersebut dan bagaimana mengatasinya. Jawabannya akan beragam karena bentuk isiannya esai dan yang pasti kami menulis sesuai kadar pengetahuan yang sudah dipelajari.
Penjaga ujian lalu mengumumkan berakhirnya waktu tes tulis, saya sebisanya saja padahal seminggu kemarin sudah belajar dan pasrah semoga hasilnya yang terbaik. Tapi ada juga teman seberang meja yang panik parah. Sudah habis waktu masih banyak yang kosong belum dikerjakan. Yah mendoakan yang terbaik, kalau aja masih di bawah standar nanti wajib ikut matrikulasi.
Wawancara (Ujian Masuk S2 ITB)
Keluar ruang ujian dengan kepala pening beberapa dari kami sepakat untuk tidak membahas jawaban soal. Ya sudahlah seperti itu. Nanti kalau terlalu khawatir nggak bagus buat kepercayaan diri. Karena dekat jam shalat, kami menuju Masjid Salman ITB untuk shalat Jumat. Nah selepas itu terjadwal tes wawancara. Kami diarahkan oleh petugas untuk satu-persatu masuk ke ruang dosen. Beliau-beliau ini dosen Teknik Fisika juga, saat itu saya ditanya lebih tentang kesiapan diri untuk belajar dan beradaptasi dengan lingkungan Bandung. Karena saya dibesarkan di Kabupaten Malang tepat di kaki Gunung Arjuna, maka cuaca dingin dan hujan bukan masalah besar. Selain itu ditanya juga tentang topik minatnya apa, bagaimana kabar keluarga, kesiapan finansial, dan sekitar itu. Secara keseluruhan proses berjalan santai, bapaknya juga ramah. Kami ngobrol santai saja saling mengenal agar nanti kalau di kelas juga akrab mungkin ya. Kalau kamu kenal dengan sosok yang rutin menjadi imam shalat Dzuhur di Salman pasti kenal beliau, hehe. Lama wawancara sekitar 30 menit, setelah itu saya pamit keluar ruang beliau dan bergantian masuk teman saya yang lain.
Tuntas sudah alur seleksi yang saya alami, barangkali nggak sesimpel itu ya. Detilnya ada banyak tapi yang saya bagikan di sini intinya saja. Pada tes tulis dan wawancara kita diminta hadir di Bandung, untuk itu pastikan kamu meluangkan waktu dan punya tiket untuk menuju Bandung (kalau tinggal di luar Bandung). Siapkan bekal yang cukup dan jeda hari sebelum tes. Penting banget buat mengistirahatkan badan dari perjalanan jauh, itu akan membuat konsentrasimu terjaga sehingga performa saat tes (ujian masuk S2 ITB) bisa lebih diandalkan.
Sebagai penutup buat temen-temen yang berminat ikut ujian masuk S2 ITB, cek dulu web dan brosur online yang tersedia berdasarkan jurusan yang kamu minati. Di sana biasanya ada penjelasan kesempatan didanai beasiswa, program mahasiswa pertukaran, bahkan double degree! Menarik banget kan bisa kuliah di dua kampus berbeda. Untuk itu jangan lupa persiapkan TOEFL dan IELTS nya.
Oya, alhamdulillah (puji syukur pada-Nya) tulisan ini disponsori oleh Beasiswa Pendidikan Indonesia LPDP Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Tanpa kehadiran LPDP tidak akan ada tulisan ini, terima kasih sudah menyokong anak-anak muda Indonesia untuk belajar lanjut di manapun berada. Doakan kami semoga ilmu yang dipelajari berkah dan kami bisa berkarya untuk kemanfaatan buat Bangsa Indonesia. Aamiin.
Sukses buat kita semua!
Cheers, Rifqi.